Langsung ke konten utama

Wayang Bengkong

Wayang Bengkong termasuk salah satu dari jenis wayang menurut asal daerah.Wayang ini berasal dari daerah pegunungan di Kabupaten Rembang tepatnya di Dukuh Ngeblek Desa Kajar Kecamatan Lasem.Kesenian wayang dalam masyarakat selain sebagai wujud tradisi kebudayaan juga dijadikan sebagai sarana hiburan.Pertunjukan kesenian wayang dapat dinikmati dan diakses oleh semua lapisan masyarakat, dalam masyarakat kesenian wayang dianggap mempunyai kedudukan penting.Cerita-cerita wayang dapat mengajarkan manusia untuk hidup selaras, harmonis dan bahagia. Dalam wayang ditampilkan contoh-contoh perilaku baik dan jahat, namun pada akhirnya perilaku jahat akan kalah oleh kebaikan. Pada hakikatnya pementasan wayang mengandung nilai-nilai dan filosofi yang tersembunyi.Pementasan wayang dijadikan masyarakat sebagai tontonan serta tuntutan, termasuk juga kesenianWayangBengkong.
Wayang Bengkong merupakan wayang keluarga ditemukan dalam kurun waktu yang sangat lama sekitar tahun 1925-an oleh canggah dari keluarga besar pemilik Wayang Bengkong yaitu Bapak Kamin Munawar.Keluarga Bapak Kamin mewarisi wayang ini sebagai wayang warisan leluhur yang diturunkan secara turun menurun dari generasi kegenerasi silsilah keluarga.Kondisi Wayang Bengkong tidak pernah mengalami kepunahan, wayang ini masih terawat sehingga tidak pernah mengalami kerusakan hingga saat ini.Wayang Bengkong merupakan jenis wayang yang keluar dari pakem wayang Jogja dan wayang Solo.Dalam pementasannya, wayang ini tidak bercerita tentang kisah Mahabarata dan Ramayana melainkan bercerita tentang keperluan dari penanggap Wayang Bengkong.
Wayang Bengkong ini termasuk dalam tiga dari wayang langka yang dimiliki Jawa Tengah, dua diantaranya yaitu wayang klithik dan wayang jemblung.Wayang ini dianggap langka karena keberadaannya yang hampir punah serta tidak adanya generasi yang menjadi pelaku dan pendukung kesenian tradisional tersebut.Keberadaan wayang ini sebagai kesenian tradisional langka tidak dikenal oleh seluruhnya masyarakat Rembang. Minimnya informasi, arus modernisasi serta banyak faktor lain yang mendukung sehingga wayang ini termasuk dalam kategori wayang langka dan hampir punah. Uniknya, walaupun dikenal masyarakat luas sebagai wayang langka dan hampir punah wayang ini masih terawat sangat baik oleh sebuah keluarga di dukuh Ngeblek.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelenteng Tjoe Hwie Kiong

Pendataan Kelenteng Tjoe Hwie Kiong di jl. Pelabuhan No.1, Tasikagung, Rembang, Jawa Tengah. Sesudah pecahnya pemberontakan Tionghoa dan diperoleh kenyataan adanya persatuan antara orang-orang pribumi dan Tionghoa, maka hal ini dianggap membahayakan kejayaan Kompeni. Selanjutnya Kompeni melakukan pemecah belahan antar dua kekuatan kelompok ini. Bahkan Kompeni mengeluarkan perintah  memindahkan pemukiman orang-orang Tionghoa di Dresi dan Jangkungan menuju ke sebelah timur atau masuk ke dalam kota Rembang yang sekarang ini. Dengan dipindahkannya pemukiman orang-orang Tionghoa tersebut, maka kelenteng “Dewi Samudra Makco Poo Thian Siang Sing Bo Nio-Nio” yang semula berada di desa Jangkungan masuk ke kota Rembang, pertama kali menempati lokasi di jalan K.S. Tubun No. 3 sekarang ini. Di tempat itu hingga sekarang masih terdapat batu peringatan pemugaran kelenteng tersebut. Tidak diperoleh data pasti sejak kapan dan berapa lama Klenteng Dewi Samudra berada di lokasi ini. Da...

Sejarah Kabupaten Rembang

Sejarah Kabupaten Rembang (dikutip dari : Buku “Menggali Warisan Sejarah Kabupaten Rembang” ) …. Wasara nalika taun Syaka : 1336, ana wong Cempa Banjarmlati watara wolung brayat sing padha pinter nggawe gula-tebu nalika ning negarane …. Wong-wong mau padha pindhah misah  nedya ngudi nggawe gula tebu abang sing ora kepokil-kemisil kuwi, mangkate liwat segara ngener mengulon nuli ndarat ring ring sungapane kali kang gisike serta kanan kirine nuli thukul nggenggeng lebeng wit Bongaow  ( Ind : Bakau = Jaw : Bengkat ). Nggone pindah kuwi disesepuhi dening Kakek Pow Ie Din; Sawise ndharat si Kakek nuli nganakake mantram lan semadi, banjur wiwit nebang wit bongaow mau kang banjur diterusake dening wong2 liyane. Bumi bubakan kuwi banjur digawe pategalan lan pekarangan serta teba, ing sabanjure teba kuwi dijenengake, teba :  KABONGAN ; njupuk tembung saka arane wit Bongaow, dadi Ka-Bonga-an ( Kabongan). …. Nuju sawijining dina wayah pajar gagat ra...